Bang bing bung, Yok Kita Nabung!
Bing
beng bang, Yok Kita ke Bank
Bang
bing bung, Yok Kita Nabung
Tang
ting tung, Hey Jangan dihitung, tau-tau kita nanti dapat untung!
Masih
ingat dengan lirik lagu tersebut?
Rasanya lagu “Menabung” karangan
Ibu Titiek Puspa tahun 1996 ini perlu dipopulerkan lagi, karena saat ini orang
lebih banyak ditawari untuk berutang. Siapa disini yang tidak pernah ditelp dan
ditawari kartu kredit dan pinjaman lainnya? Hampir semua dari kita pernah. Budaya
menabung dahulu sebelum membeli menjadi pudar karena adanya fasilitas ‘buy now, pay later’.
Mama saya memiliki saudara
yang sering datang meminjam uang ke rumah dan saya merasa kasian dan miris
melihat hal itu apalagi setelah mengetahui bahwa hal itu terjadi karena jeratan
utang rentenir. Kenapa sampai berutang?
Karena pengeluaran lebih besar dari penghasilan, dan pada saat kita tidak
memiliki tabungan maka banyak orang akhirnya memilih untuk berutang bukan menurunkan pengeluaran.
Menabung bukan hanya
bicara soal menyimpan uang. Menurut salah satu pakar keuangan di Amerika yaitu
Dave Ramsey “Mengatur keuangan 80%-nya
adalah psikologis, prilaku dan kebiasaan sedangkan 20%-nya baru terkait dengan
pengetahuan yang kita miliki.” Ia sering mengatakan “Berapa banyak dari kita yang sudah tahu kalau menabung itu penting, tapi
berapa banyak dari kita yang melakukannya?” Untuk membangun
kebiasaan yang baik tentunya perlu waktu, usaha dan juga komitmen.
Menabung akan mengajarkan kita setidaknya 3
hal penting ini:
1.
Disiplin
Dengan
menabung kita belajar mendisiplinkan diri mengalokasikan sebagian dari
penghasilan kita setiap bulan, kita bisa mulai dengan menabung rutin 10% dari
penghasilan kita. Menabung akan lebih berhasil jika kita menyisihkan diawal bukan
menunggu sisa, karena biasanya yang sering terjadi jika kita menunggu sisa, yang
tersisa sedikit atau bahkan tidak ada sisa! Supaya tidak terpakai, pisahkan tabungan untuk disimpan
dan tabungan operasional. Saya pernah mengalaminya jadi saya bisa bicara seperti ini ;)
2.
Pengendalian
Diri
Kita
sering mengaitkan kemampuan menabung dengan besarnya gaji, padalah pada
kenyataannya tidak selalu seperti itu. Saat saya melakukan Financial Check Up banyak juga orang yang gajinya lebih kecil namun
tabungannya lebih besar dari orang yang gajinya lebih besar. Contoh
lain belum lama ini salah satu orang yang saya kenal baru berterus terang bahwa
saat ini ia terlilit utang yang jumlahnya hampir 300 juta terdiri dari 2 kartu
kredit, 1 KTA dan 1 pinjaman ke saudara. Waktu saya tanyakan untuk apa saja
tagihan sebesar itu ia hanya mengatakan untuk membeli barang-barang yang ia
inginkan, dan ini terjadi selama bertahun-tahun. Dengan gaji 17 juta ia hanya
memiliki tabungan 13 juta rupiah. Menabung membuat kita belajar menunda/mengendalikan
keinginan, membeli sesuai kebutuhan dan yang lebih penting lagi kita belajar
membeli sesuai kemampuan/uang yang kita miliki.
3.
Fokus
Jika
kita memiliki tujuan yang penting kita akan lebih fokus. Karena itu menabunglah
untuk satu tujuan yang jelas dan terukur. Salah satu tabungan yang harus
dimiliki oleh setiap orang adalah Tabungan Dana Darurat yang hanya digunakan
dalam keadaan darurat contoh PHK. Untuk yang masih lajang jumlahnya 3x
penghasilan, yang sudah menikah 6x, yang sudah memiliki anak 9-12x. Contoh jika
seseorang yang masih lajang penghasilannya 5 juta maka ia perlu memiliki
tabungan sebesar 15 juta. Agar jika ia kehilangan penghasilan ia memiliki waktu 3
bulan untuk tetap bisa membiayai pengeluaran, mencari pekerjaan baru dan tidak perlu berutang! Tabungan
Dana darurat merupakan pondasi dalam mengatur keuangan dan juga merupakan
syarat sebelum kita berinvestasi. Jika Tabungan Dana Darurat sudah tercapai
kita bisa menabung untuk tujuan jangka pendek (1-2 tahun) dan berinvestasi
untuk tujuan jangka panjang.
Jadi, menabung bukan hanya soal menyimpan uang, tapi juga soal membangun kebiasaan baik. Kebiasaan menabung akan membuat kita belajar untuk disiplin,
mampu mengendalikan diri, dan fokus mencapai tujuan keuangan kita. Latihlah
kebiasaan menabung sejak dini bahkan sejak anak-anak.
Meskipun merupakan pepatah
lama, pepatah ‘sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit’ masih tetap relevan sampai
pada zaman sekarang ini!
Comments
Post a Comment