Bedah Kasus Yuk! (Single)



Artikel ini dimuat di majalah HerWorld edisi May 2013

Kondisi keuangan dahlia (nama samaran), usia 25 tahun, pekerjaan sebagai penulis.
- Pertengahan bulan, gajinya udah abis (selalu lebih besar pasak daripada tiang), gaji 3 juta
- Tidak punya tabungan
- Tidak punya investasi
- Pengeluaran untuk senang-senang seperti untuk belanja, jalan sama teman-teman, makan di luar menghabiskan 50 % dari gaji tiap bulan. 50 % lagi untuk pengeluaran sehari-hari seperti uang tol, bensin, uang makan, parkir
- Masih punya cicilan sebesar Rp 750 ribu tiap bulan dan masih ada dua bulan lagi : cicilan iPhone
- Tidak punya dana darurat
- Dalam tiga tahun berharap akan segera melangsungkan pernikahan, tapi jika melihat kondisi sekarang, agak khawatir bagaimana menjalani kehidupan pernikahan nantinya
- Dikelilingi dengan teman-teman yang juga boros alias tidak memiliki “pengontrol” keuangan

Tapi dia berharap:
- Bisa mengatur pengeluaran supaya paling tidak ada yang bisa ditabung setiap bulan
- Gaji tidak habis pertengahan bulan alias bisa bertahan hingga akhir bulan
- Rencana dalam lima tahun bisa memiliki mobil pribadi
- Mau mengikuti kursus untuk menambah keahlian

Nah pertanyaannya:
1. Dengan realitas yang ada di atas, dahlia menganggap bahwa gaji yang kecil adalah satu-satunya penyebab. bagaimana pendapat mbak phien?
Banyak orang yang berpikir bahwa gaji yang kecil adalah satu-satunya penyebab masalah keuangan. Tetapi pertanyaannya adalah jika kita tidak bisa mengelola yang sedikit, bagaimana kita bisa mengelola yang banyak?

Sebagai Financial Consultant kami berinteraksi langsung dengan banyak orang dengan berbagai macam masalah keuangan dan dari sekian banyak orang tersebut masalah utamanya bukan besar kecilnya gaji/penghasilan tapi besar kecilnya pengeluaran (bagaimana mereka mengatur pengeluaran). Dalam banyak kasus yang terjadi adalah tidak bisa menabung karena penghasilan tidak bersisa (pengeluaran= penghasilan) atau terlilit hutang karena penghasilan sudah habis sebelum waktu gajian tiba (pengeluaran > penghasilan).

2. Sebelum menangani permasalahannya, perlukan dahlia melakukan financial check up?

Kami tidak jemu-jemu memberikan edukasi kepada banyak orang yaitu bahwa hal pertama yang perlu dilakukan sebelum kita ingin mengatur keuangan adalah melakukan Financial Check Up.

Mengapa Financial Check Up sangat penting?

Karena sama seperti kita melakukan Medical Check Up, kita ingin mengetahui kondisi tubuh kita apakah ada yang sakit, mana kadar yang sudah melebihi batas normal atau batas ideal, sebagai contoh apakah kadar kolesterol tinggi, apakah tekanan darah rendah, dll.

Begitu juga dengan melakukan Financial Check Up, kita akan dengan jelas mengetahui kondisi keuangan kita saat ini, beberapa diantaranya apakah hutang kita sudah terlalu besar, apakah tabungan kita terlalu sedikit/terlalu banyak, bagaimana komposisi aset kita : apakah banyak aset investasi (aset yang meningkat valuenya) atau tidak, apakah kita sudah rutin menabung/berinvestasi, apakah cicilan hutang sudah terlalu besar, dll. Sehingga dengan hasil tersebut kita akan menjadi lebih aware dan bisa segera mengambil action untuk memperbaiki kondisi yang tidak sehat, sebelum kondisi yang tidak sehat tersebut menjadi masalah. Ibarat penyakit kanker jangan sampai sudah di stadium IV baru kita tau dan sadar.

3. Bagaimana mengatasi masing-masing permasalahan dalam waktu tujuh hari? 

Masalah keuangan bisa diatasi dengan perencanaan keuangan yang dibuat dengan benar dan secara disiplin dilakukan terus menerus, jadi bukan hanya untuk kurun waktu tertentu. Untuk kasus Dahlia yang bisa menjadi action plan adalah:
  • Segera melunasi hutang konsumtif (pembelian gadget), dalam hal ini harus konsisten dua bulan lagi selesai, lebih cepat lebih baik. Dan jangan menambah hutang konsumtif baru, lebih baik menabung baru membeli.
  • Melakukan pencacatan detil pos-pos pengeluaran dan mengkategorikannya sebagai primer (contoh: makan, transportasi) dan non primer (contoh: entertainment, belanja, gadget, dll). Tekan atau untuk sementara waktu tiadakan dahulu kebutuhan non primer, agar ada sisa penghasilan. Learn to say no to your friends if that for your own good. If they are really a good friend, they will respect and support you.
  • Mulai konsisten menyisihkan minimum 10% dari penghasilan setiap bulan untuk ditabung. Hal ini berguna untuk mengumpulkan Dana Darurat agar kita terhindar dari hutang konsumtif. Dana Darurat untuk single/belum memiliki tanggungan besarnya 3x gaji atau 3x pengeluaran. Komit untuk tidak memakai Tabungan tersebut kecuali untuk keadaan Darurat.
  • Mulai fokus pada tujuan jangka menengah-panjang. Dana pernikahan adalah  tujuan jangka menengah (2-4 tahun), sedangkan Dana Pembelian Mobil adalah tujuan jangka panjang (diatas 5 tahun). Perhitungkan dengan benar berapa nilai kebutuhan yang akan datang (biaya akan naik karena adanya inflasi) dan berapa dana yang harus diinvestasikan, serta produk investasi yang harus dibeli (contoh: logam mulia, reksadana).
  • Learn Financial Planning or hire a Financial Planner. Kedua pilihan tersebut memiliki kelebihan masing-masing, jika kita memiliki interest dan semangat belajar yang tinggi kita bisa memilih untuk belajar dan mempraktikkan ilmu Financial Planning yang sudah dipelajari untuk mengatasi masalah keuangan yang kita hadapi. Namun jika kita tidak memiliki interest, dan juga waktu maka bekerjasama dengan seorang Financial Planner akan menjadi solusinya, selain pembuatan alternatif solusinya lebih cepat, diperlukan pengalaman dalam melakukan analisa dan pemilihan produk-produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan profil resiko kita. Salah satu pilihan kursus/pendidikan yang saya sarankan bisa Dahlia ambil adalah pendidikan Financial Planning untuk mendapatkan sertifikasi Registered Financial Associate (RFA) atau Certified Financial Planner (CFP).


4. Mungkinkah dahlia bisa berinvestasi dengan kondisi keuangan yang ada sekarang? 

Dalam mengatur keuangan ada tahapan-tahapan dasar yang harus dilalui sebelum masuk kedalam proses berinvestasi, yang sebagian besar dijelaskan di point No. 3 yaitu:
  • Pelunasan Hutang Konsumtif. Hutang konsumtif perlu segera dilunasi karena biasanya bunganya tinggi dan cenderung memicu pola hidup konsumtif yang terus menerus, dimana cicilan akan terus menerus bertambah atau saat satu cicilan selesai dilanjut dengan cicilan yang baru, sehingga sulit menyisihkan dana untuk berinvestasi.
  • Persiapan Dana Darurat. Dana Darurat merupakan Aset Lancar (Aset yang mudah dicairkan atau digunakan, contoh: Tabungan, Deposito) yang harus tersedia dalam jumlah ideal, agar jika terjadi keadaan darurat yang tidak terduga (contoh: PHK, kecelakaan, dll) ada dana yang bisa digunakan untuk mengcover kebutuhan primer, sehingga tidak harus berhutang atau mencairkan investasi yang belum saatnya dicairkan.
  • Proteksi/Insurance. Setiap orang memiliki kebutuhan proteksi/Insurance yang berbeda-beda. Bagi yang single/tanpa tanggungan yang dibutuhkan adalah Asuransi Kesehatan, sedangkan bagi yang sudah menikah dan merupakan sumber income keluarga maka juga perlu memiliki Asuransi Jiwa yang perlu dihitung dengan benar kebutuhan Uang Pertanggungannya.


Setelah ketiga hal ini dilakukan maka investasi bisa mulai direncanakan dengan benar.  Financial goals harus jelas, apa, kapan dan berapa besar dana yang dibutuhkan, sehingga setelah perhitungan dalam plan akan diketahui jumlah investasi yang perlu dilakukan, dan  produk-produk investasi yang harus dibeli sesuai dengan kebutuhan. Dahlia sebaiknya menyehatkan kondisi dasar keuangannya terlebih dahulu sebelum berinvestasi, agar investasi tidak dicairkan sebelum waktunya karena tidak menyiapkan hal-hal diatas.

Tunggu bedah kasus berikutnya yaa..

Image taken from here

Comments

Popular posts from this blog

Good Habits vs Bad Habits

Kenapa Perempuan Harus Cerdas Ngatur Keuangan?

[Bisnis] Yuk Mulai Bisnis Kamu!