Pengalaman menjadi Self Employee
Image credit to www.rhodiumaccounting.co.uk
Menjadi seorang self employee memberikan pengalaman
tersendiri bagi saya dan tidak pernah terbayang akan melakukan hal ini dulu
saat saya masih menjadi seorang karyawan/employee.
But I believe there’s no coincidence,
because something happen for a reason ;) Dan self employee adalah kuadran ke-2 dari 4 kuadran dalam buku Cashflow Quadrant yang ditulis oleh
Robert Kiyosaki.
Januari tahun lalu, tahun 2015
saya mulai bekerja sendiri tidak dibawah satu perusahaan, atau kalau saya
sering ditanya agar lebih mudah bagi orang untuk mengerti sering saya jawab “Kaya dokter praktek sendiri. Saya keluar kalo
ketemu client atau ada permintaan untuk edukasi/seminar.” Karena bagi orang
awam, terutama keluarga dan tetangga yang melihat saya ada dirumah itu bukan
sesuatu hal yang ‘biasa’ dilihat. Bagi mereka bekerja ya ke kantor, keluar
rumah pagi hari dan pulang sore hari atau lebih sering malam hari ya, hehehe..
:D Tapi tidak apa-apa saya terima keheranan dan kebingungan mereka dengan
senyuman :)
Ada beberapa hal signifikan yang
saya rasakan berbeda setelah menjadi self
employee, mungkin saja beberapa dari Anda ada yang ingin berubah haluan
dalam karir dan ingin mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan, harus siap
dihadapi dan juga dinikmati tentunya ;)
Waktu yang fleksibel. Hal ini adalah hal pertama yang saya rasakan
karena I don’t have fix working hour.
Actually this is what I dream of. Bagi saya jam kerja optimal tiap orang
berbeda-beda dan sebenarnya ada tipe-tipe pekerjaan yang tidak harus standby 8 jam didepan meja kerja,
termasuk konsultan. Yang penting adalah pekerjaan selesai dengan baik. Jadi
kita bisa mengerjakan hal-hal lain yang juga penting bagi kita selain
pekerjaan, menemani mama saya adalah hal penting bagi saya dan punya waktu
membaca yang panjang juga penting bagi kutu buku seperti saya, haha! Tapi
saking fleksibelnya kita harus belajar manajemen waktu because now we are the boss!
Penghasilan tidak tetap. Menurut saya ini adalah salah satu alasan
mengapa banyak orang tidak siap keluar dari karyawan. Saya pun merasa tidak
siap awalnya dan cukup ketar-ketir memikirkan bagaimana selanjutnya. Tapi
ternyata perjalanan ini membawa saya pada satu pembuktian lebih dalam bahwa
Tuhan itu tidak akan pernah membiarkan kita kekurangan, Ia memberi rejeki
dimana-mana asalkan kita bekerja dan Ia pemberi upah yang adil. Jadi saya berusaha
melakukan bagian saya mengerjakan setiap pekerjaan yang ada dengan sepenuh hati, soal hasil/reward itu urusan Tuhan. Asyik lho! Deg-degan tapi seru kaya naik
halilintar :P
Sumber penghasilan bisa lebih dari satu. Nah kalo ini semua pasti
suka kan? Tapi untuk bagian ini memang bukan tiba-tiba bisa kita dapatkan. Saya
sudah menekuni profesi konsultan di bidang financial
planning ini sejak tahun 2011, jadi ibaratnya ada saatnya kita memetik buah
dari benih-benih perjuangan yang kita tanam. Sebagai gambaran sumber
penghasilan saya bisa berasal dari personal
client, business client, royalti buku, menulis artikel, dan juga sebagai
pembicara/educator. Tidak selalu semua
ada, tapi saat ada ya disyukuri dan dinikmati hehehe :D
Pelaporan Pajak. Bagian ini cukup seru karena ini yang menantang
saya untuk belajar bidang baru yaitu pajak. Dulu sebagai karyawan yang saya tau
gaji dipotong pajak, dan nanti kita tinggal minta bukti potong trus lapor. Nah
sekarang status saya bukan karyawan lagi tapi istilahnya ‘pekerja bebas’.
Dampaknya form untuk mengisi SPT bukan 1770 S atau 1770 SS, tapi 1770. Yang
secara signifikan berbeda adalah terlihat bahwa sumber penghasilan bisa lebih
dari satu dan sebagai pekerja bebas
kita bisa menggunakan Norma Perhitungan untuk menghitung Penghasilan neto,
sesuai dengan Kelompok Lapangan Usaha (KLU) bidang pekerjaan kita. Cara
menghitungnya jadi berbeda dan hasilnya pajaknya bisa lebih kecil dibanding karyawan. Ya
itung-itung belajar tax planning nti
siapa tau bisa sekalian jadi konsultan pajak kan ;)
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Sama halnya dengan pajak,
untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan saya juga mendaftar sendiri.
Tidak sulit prosesnya, BPJS Kesehatan saya ambil yang kelas 1 Rp 80,000 (naik dari
Rp. 59,500 per April 2016). Untuk BPJS Ketenagakerjaan saya bisa buat dengan
setoran yang saya inginkan. Saya juga
kepo ingin melihat dulu bagaimana performance
dari JHT (Jaminan Hari Tua) yang dialokasikan ke berbagai instrumen
investasi layaknya reksadana. Sayangnya untuk pekerja bebas belum bisa login untuk cek
saldo JHT, sedang dalam pengembangan katanya. Dua-duanya belum ada fasilitas autodebet, hanya bisa pembayaran
sekaligus (3,6,12 bulan) jadi BPJS Kesehatan saya bayar melalui internet
banking Bank Mandiri sedangkan BPJS Ketenagakerjaan saat ini saya bayar melalui
ATM BCA. Oh ya, saya juga tetap beli asuransi individu dari perusahaan asuransi swasta untuk asuransi jiwa, rawat inap dan penyakit kritis. BPJS Kesehatan bisa digunakan untuk rawat jalan, atau penyakit kritis yang tidak dicover perusahaan asuransi swasta.
Dana Pensiun. Berdasarkan pengalaman saya dan client yang merencanakan pensiun dengan reksadana minusnya adalah
pada saat ada kebutuhan yang dirasa urgent
seperti pembelian mobil bisa jadi sebagian atau seluruh investasi dicairkan :( Jadi saya mencoba
mencari alternatif lain untuk ‘mengamankan’ dana pensiun saya dari financial sabotage seperti yang sering
dikatakan oleh Tony Robbins. Saya mencoba explore
beberapa produk DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan akhirnya memilih salah
satunya. Dana yang dimasukkan ke DPLK hanya bisa dicairkan saat usia pensiun (55
tahun) atau usia pensiun dipercepat (40 atau 45 tahun). Jadi aman deh! Nah,
kalo di perusahaan Anda ngga sisihkan/potong buat Dana Pensiun kaya dulu saya
di Astra ada Dana Pensiun Astra, better
bikin sendiri. Your future, your
responsibility.
Tidak harus bermacet-macet ria. Ini salah satu hal yang sangat saya
syukuri, karena saya adalah tipikal orang yang merasa sangat tersiksa jika
terkena kemacetan. Jadi rasanya energi saya terkuras saat dulu berangkat kerja
dan harus melewati kemacetan 4 jam (pulang pergi) untuk ke tempat kerja. Jadi sekarang
saya lebih prepared saat harus
terkena macet only and if only I meet my friends or my client :)
Menjadi self employee bukan sesuatu yang mudah, tapi juga bukan sesuatu
yang ga mungkin/impossible. Ada beberapa
perubahan pastinya, but sometimes changes
make us grow and know our-self better. As long
as we enjoy the process, willing to learn, and pray, we will see all things
happen for our goodness.
Segitu dulu ya sharingnya, nti
dilanjut lagi dengan pengalaman-pengalaman seru lainnya! Biar penasaran, hehehe
:D
Oh ya pas nih, Selamat Hari Kartini wanita-wanita Indonesia, tetaplah berjuang dimanapun kita berada. Semangat!
Oh ya pas nih, Selamat Hari Kartini wanita-wanita Indonesia, tetaplah berjuang dimanapun kita berada. Semangat!
Comments
Post a Comment