Life Insurance? Need or Not? (Part 2)
Yuk kita lanjut pembahasan dari Life Insurance? Need or Not? (Part 1)
Dari
sekian banyak case yang telah saya lakukan Financial Check Up di AFC, hampir ± 30%
yang keuangannya tidak sehat karena pembelian Asuransi yang tidak tepat guna. Tidak
tepat guna dalam hal ini bisa mencakup beberapa hal berikut :
- Orang yang seharusnya belum perlu Asuransi Jiwa, tapi membeli Asuransi Jiwa. Seorang single/belum menikah dan tidak menanggung siapapun, memiliki Asuransi Jiwa bahkan sering lebih dari satu. Seorang Anak yang bukan sumber income keluarga tapi dibelikan Asuransi Jiwa oleh orangtuanya.
- Sumber income yang memiliki tanggungan sudah memiliki Asuransi Jiwa, namun Uang Pertanggungannya hanya cukup untuk beberapa bulan kebutuhan hidup. Seharusnya Uang Pertanggungan nilainya akan bisa mengcover tahun-tahun dimana tanggungan terkecil/anak masih belum mapan/bersekolah.
- Sumber income yang memiliki tanggungan sudah memiliki Asuransi Jiwa, namun dicover sampai dengan usia sangat lanjut sebagai contoh 99 tahun. Padahal nilai ekonomis dirinya sudah tidak dibutuhkan oleh pihak keluarganya/anak yang saat itu usianya juga sudah lanjut ± 69 tahun (Asumsi perbedaan usia orang tua dan anak 30 tahun).
Proteksi
sumber income keluarga adalah hal yang PASTI dibutuhkan jika kita menginginkan
keluarga yang ditinggalkan tetap bisa bertahan hidup dan tetap bisa
menyekolahkan anak-anak sebagaimana tanggung jawab orang tua meskipun saat itu
orang tua sudah tiada.
Sering
orang merasa rugi saat dikatakan bahwa Asuransi Jiwa yang murni nilainya akan
hangus atau tidak kembali jika selama kurun waktu proteksi Tertanggung tidak
meninggal dunia.
Bukankah seharusnya
kita merasa bersyukur jika orang yang kita kasihi masih diberikan kesempatan
hidup lebih panjang dan sudah diproteksi dengan nilai ekonomis yang cukup
selama masa dimana hal tersebut dibutuhkan?
Jika
tidak hangus atau ada nilai tunai/investasinya, maka sekali lagi bandingkan
dengan Asuransi Jiwa yang murni, Asuransi jiwa tidak murni nilai preminya
biasanya akan cenderung lebih mahal.
Ini
bukan masalah beli atau tidak, ini juga bukan masalah hubungan antara agen
asuransi dengan anda, ini tentang kebutuhan anda dan keluarga.
Tugas dan tanggung jawab kita untuk membaca polis-polis asuransi yang sudah kita miliki saat ini, Apakah itu Asuransi Jiwa? Siapa yang diprotect/Tertanggung? Apakah Uang Pertanggungannya mencukupi? Selama apakah Tertanggung dicover/diprotect?
Please
be aware to what you have and what you need J
Apakah anda merasa memiliki Asuransi yang anda tidak tahu itu apa? atau ada pertanyaan yang ingin ditanyakan? atau ingin dilakukan pengecekan terhadap asuransi yang anda miliki? Just leave comment below.
kunjungan gan.,.
ReplyDeletebagi" motivasi.,.
apapun yang bisa kita lakukan lakukanlah sekarang .,.
jangan buang waktu kamu sia2.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
Hallo
ReplyDeleteMau ikut nanya2 nich?
Apakah dlm asuransi kesehatan,penyakit kritis sdh dicover?
Klo iya,apa masih perlu rider penyakit kritis utk menunjang term life?
Utk term life, lebih baik ambil 20 thn(premi flat), atau 10 thn dulu, atau bisakah klo ambil 20 thn,ditengah jalan,kita melakukan penyesuaian UP lagi?
Utk asuransi kesehatan, lebih baik pilih, biaya harian, atau semua biaya dicover?
Utk bayar premi as.jiwa&as.kesehatan family, maksimal berapa % dari pendapatan spy tdk ganggu casf flow?
Tengkiuuuu
Sorry banyak pertanyaannya :-)
GBU
Hallo Misya,
ReplyDeleteAskes ada yg include tp ada yg exclude critical illness, perlu atau tidaknya rider penyakit kritis dikembalikan pd kebutuhan msg" org dan kondisi keuangan krn setiap rider akan impact ke premi yg hrs dibyr. Untuk term life tahun coverage jg disesuaikan dgn kebutuhan. Untuk Askes minimum bisa cover biaya perhari rawat inap. Premi menyesuaikan dgn kebutuhan, krn itu perlu set prioritas shg tdk ganggu cashflow krn mmg sdh disisihkan sejak awal.
Semoga membantu yaa.. GBU :)