1 dari 10

Image credit by www.charissesays.com/what-are-you-saving-it-for/

“Nak mulai hari ini tiap hari, ibu akan kasih kamu 10 koin, tapi dengan syarat kamu harus simpan 1 dari 10 koin ini ya, bisa?” Anak pertamanya menyahut dengan semangat "Baik bu!"

Sang ibu pun beralih ke anak keduanya dan bertanya hal yang sama: Nak ibu akan kasih kamu 10 koin, tapi dengan syarat kamu harus simpan 1 dari 10 koin ini ya, bisa? Anak keduanya menjawab dengan enggan "Kenapa harus disimpan bu? Kalau aku ingin beli mainan gimana?"

Sang Ibu hanya tersenyum lalu beranjak pergi.

Sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya apakah saya adalah anak pertama atau anak kedua dari kisah yang baru saja saya ceritakan.

1 koin setiap hari = 30 koin setiap bulan = 360 koin setiap tahun = 3600 koin setelah 10 tahun.

Bayangkan jika kita mengumpulkan 1 dari 10 atau sepersepuluh dari penghasilan kita sejak pertama kali kita bekerja sampai saat ini?

Menurut buku “The Richest Man in Babylon” yang ditulis oleh George S. Clason, jika kita sudah bisa menerapkan prinsip 1 dari 10, maka selanjutnya kita perlu membuat 1 dari 10 tersebut bekerja untuk kita, agar suatu saat nanti kita tidak harus terus bekerja dan bisa menikmati hasilnya. Sebagai contoh sederhana kita bisa menyimpan uang kita dideposito yang secara rutin ditambah, sehingga hasilnya akan menjadi bunga berbunga. Hingga suatu saat bunga deposito bisa saja menjadi sumber penghasilan kita.

Saya ingat pertama kali bekerja, 13 tahun lalu, jangan hitung umur saya ya? hehehe...gaji pertama saya 1 juta-an rupiah, rasanya waktu itu nilainya lumayan besar. Tapi sayangnya saya belum mengetahui prinsip 1 dari 10 ini sejak awal, 7 tahun pertama bekerja saya menjadi seperti anak kedua, gaji sebulan habis dalam waktu sebulan, begitu juga dengan bonus tahunan yang saya dapatkan saat saya bekerja di Astra selama 5 tahun. Setiap menerima bonus akhir tahun di bulan Desember yang besarnya kurang lebih 20-40 juta, saya sudah memiliki daftar akan digunakan untuk apa saja bonus tersebut. Saya bersyukur saya sempat mengambil S2 dan pendidikan Sertifikasi Perencana Keuangan dengan bonus yang saya dapatkan. Tapi siklus keuangan saya waktu itu adalah tahunan, saya tidak pernah berpikir jangka panjang.

Saya baru mempelajari prinsip 1 dari 10 ini di tahun 2011 dan setelah itu saya seperti anak pertama yang semangat menyisihkan 1 dari 10 dengan rutin, bahkan kadang mencapai 3 dari 10, saking semangatnya! Di tahun kedua saya senang sekali melihat hasilnya, karena saya tidak pernah melihat saldo sebesar itu selama saya bekerja sebelumnya! Tapi sesuatu terjadi…tiba-tiba saya merasa ingin membeli sesuatu yang saya inginkan, yaitu sebuah mobil. Dan salahnya…..saya mengambil semua yang sudah saya simpan :(

Saya baru menyadari kalau saya ternyata gabungan dari anak pertama dan anak kedua. Yang semangat menabung dan yang semangat membeli ‘mainan’. Dan kadang tanpa sadar saya menjadi anak kedua yang mengambil hasil perjuangan anak pertama.

Saya sudah meminta maaf kepada anak pertama yaitu diri saya sendiri, move on dan bersemangat lagi menyisihkan lagi 1 dari 10 serta mendidik ‘anak kedua’ dalam diri saya. Menurut saya ini bukan hanya soal menyimpan uang tapi juga soal disiplin, mengelola apa yang sudah dipercayakan pada kita, dan pengendalian diri.

Apakah Anda adalah anak pertama? atau anak kedua? atau gabungan keduanya seperti saya? Tidak ada kata terlambat untuk memulai…lagi. 1 dari 10.


Comments

Popular posts from this blog

The Power Of Emergency Fund

My Reksadana Part 2: Be a Smart Investor

Good Habits vs Bad Habits